Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
pendidikan dan karakter. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa (1930)
mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan
tubuh anak. Sedangkan pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal
dari bahasa latin yaitu “charakter”, yang berarti : watak, tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana dalam
menanamkan nilai-nilai sehingga terinternalisasi dalam diri peserta didik yang
mendorong dan mewujud dalam perilaku dan sikap yang baik. Lickona T (2009)
menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan
nilai-nilai etika yang inti.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai
suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus
berkarakter.
Pendidikan
Karakter di Sekolah Dasar
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di
sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu,
dijalankan dan dipraktekkan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan
sekolah, dan tmenegakan kedisiplinan. Sekolah harus menjadikan pendidikan
karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah
yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga
pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan
semua kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah, lingkungan
sekolah, dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu
dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang
kelihatannya mulai terputus antara lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga, dan
masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama
antara lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan
demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan
pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian
didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat
proses pembentukan tersebut.
1.
Prinsip Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Character
Education Quality Standards merekomendaikan sebelas prinsip untuk mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut:
a. Mempromosikan
nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasikan
karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
c. Mengguanakan
pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
d. Menciptakan
komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
f. Memiliki
cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua
siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan
tumbuhnya motivasi diri para siswa.
h. Memfungsikan
seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk
pendidikan karakter yang setia kepada nilai dasar yang sama.
i.
Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas
dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
j.
Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi
karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.
2. Tujuan
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
seimbang, dan sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya dalam mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Tujuan pendidikan karakter menurut Puskur (2010) yaitu
sebagai berikut :
1.
Mengembangkan potensi kalbu/nurani/
afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2.
Mengembangkan kebiasaan dan perilaku
peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi
budaya bangsa yang religius.
3.
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4.
Mengembangkan kemampuan peserta
didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.
5.
Mengembangkan lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Tujuan pendidikan karakter secara
umum adalah untuk membangun dan mengembangkan karakter peserta didik pada
setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai luhur dari
setiap butir sila pancasila. Selain itu juga untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pendidikan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.
3. Fungsi
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti
plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan perasaan
(afektif), dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter
tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara
sistematis dan berkelanjutan maka seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi ini adalah bekal dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depan karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam
tantangan hidup termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Fungsi dari pendidikan karakter dan budaya bangsa
menurut Puskur (2010) adalah sebagai berikut :
1.
Pengembangan yaitu pengembangan potensi peserta didik
untuk menjadi pribadi yang berperilaku baik.
2.
Perbaikan yaitu memperkuat kiprah pendidikan
nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat.
3.
Penyaring yaitu untuk menyaring budaya bangsa
sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan
karakter budaya yang bermartabat.
Fungsi pendidikan karakter yaitu menumbuhkembangkan
kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak,
bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri,
keluarga dan masyarakat.
4. Peran
Guru dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Dalam
pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang
strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa ditiru atau
menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan
motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam
diri siswa. Sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin
siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan
generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Ada
beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk
memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter
peserta didik di sekolah, sebagai berikut :
a.
Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran.
b.
Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata
pelajaran.
c.
Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan
pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia.
d.
Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk
tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik.
e.
Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter.
f.
Menjadi figur teladan bagi peserta didik.
Dalam
uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam pengembangan pendidikan
karakter di sekolah berkedudukan sebagai katalisator atau teladan, inspirator,
motivator, dinamisator, dan evaluator. Dalam berperan sebagai katalisator, maka
keteladanan seorang guru merupakan faktor mutlak dalam pengembangan pendidikan
karakter peserta didik yang efektif, karena kedudukannya sebagai figur atau
idola yang ditiru oleh peserta didik. Peran sebagai inspirator berarti seorang
guru harus mampu membangkitkan semangat peserta didik untuk maju mengembangkan
potensinya. Peran sebagai motivator, mengandung makna bahwa setiap guru harus
mampu membangkitkan semangat, etos kerja, dan potensi yang luar biasa pada diri
peserta didik. Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki
kemampuan untuk mendorong peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh
kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas.
Sedangkan peran guru sebagai evaluator, berarti setiap guru dituntut untuk
mampu dan selalu mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran
yang dipakai dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik, sehingga
dapat diketahui tingkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas programnya.
Guru harus memberikan rasa aman dan keselamatan kepada
setiap peserta didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya. Hal ini senada
dengan pendapat Moh. Surya (1997) tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan
masyarakat di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru
harus berperan sebagai :
a.
Pekerja sosial (social worker),
yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b.
Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang
yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan
penguasaan keilmuannya.
c.
Orang tua, artinya guru adalah wakil
orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah.
d.
model keteladanan, artinya guru
adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para peserta didik.
e.
Pemberi keselamatan bagi setiap
peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan
gurunya.
Dengan demikian
berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam konteks sistem
pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pendidikan karakter peserta didik,
guru harus diposisikan atau memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya,
yaitu sebagai pengajar dan pendidik, yang berarti disamping mentransfer
ilmu pengetahuan, juga mendidik dan mengembangkan kepribadian peserta didik
melalui intraksi yang dilakukannya di kelas dan luar kelas.
5. Dampak
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek
ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan karakter, seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan
untuk berhasil secara akademis.
Beberapa
penelitian bermunculan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini
diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh
Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil
studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menunjukan
peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada
sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara
komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan
drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan
akademik.
Sebuah
buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins,
et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh
positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa
ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah.
Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan
otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama,
kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan
berkomunikasi.
Hal
itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak
dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat
sejak usia prasekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia
dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah
umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras,
perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Seiring
sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat
tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa
yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, serta implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan
pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Sebagai upaya untuk
meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan
Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap
jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi
rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian
pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Pengembangan dan implementasi
pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan menjadi :
1.
Olah hati (spiritual and
emotional development)
2.
Olah pikir (intellectual
development)
3.
Olah raga dan kinestetik (physical
and kinestetic development)
4.
Olah rasa dan karsa (affective
and creativity development)
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
13 Ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Selama ini,
pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan
kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan
karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang
relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di
lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh
media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu
memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga
dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik
di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat
dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan melalui bangku sekolah. Sebagai
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter diantaranya : pendidikan
karakter harus mengandung nilai-nilai moral, pendidikan karakter juga harus melibatkan aspek moral knowing, moral
feeling, dan moral action, penerapan
kurikulum pendidikan karakterpun harus terlaksana, menerapkan konsep DAP
(Developmentally Appropriate Practices), menggunakan sistem pembelajaran
terpadu yang berbasis karakter, pendidikan karakter harus sesuai dengan tahapan
perkembangan moral anak, selain itu juga perlunya kerjasama dengan orang tua
murid (co-parenting).
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dewasa ini sangat diperlukan dikarenakan
saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak
bangsa. Karakter dalam hal ini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, bepikir, bersikap,
dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa sejumlah nilai moral, dan norma,
seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain,
disiplin, mandiri, kerja keras, dan kreatif.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai
pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang
ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan
akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Sejatinya pendidikan karakter ini memang
sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari
esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter
anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi
sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter
dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertum¬buhan
karakter anak. Setelah keluarga, di dunia pendidikan karakter ini sudah harus
menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa
di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat
menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk
dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang
untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Selain itu pendidikan karakter mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter berkewajiban mempersiapkan generasi
penerus yang berkarakter, serta sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan
datang sesuai dengan moral dan norma yang berlaku. Melalui program ini
diharapkan lulusannya memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan
terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan
menjadi budaya sekolah.
Menanamkan Pendidikan Karakter di SD Negeri Pasucen 01
Pada saat ini, karakter merupakan salah satu hal yang sangat jarang
ditemui di masyarakat. Karena bisa dilihat dari sering ditemuinya
ketidakadilan serat kebohongan yang sering dilakukan di masyarakat. Baik
dari tingkat bawah hingga tingkat yang tinggi. Karakter sendiri
merupakan cara berpikir serta berperilaku menjadi ciri khas setiap
individu untuk hidup saling bekerja sama baik di tingkat keluarga hingga
berbangsa dan bernegara. Sedangkan individu yang memiliki karakter baik
yaitu individu yang selalu bisa membuat keputusan serta mau
mempertanggungjawabkan dari keputusan yang diambilnya tersebut.
Sebenarnya memiliki karakter yang baik sudah ada di dalam diri tiap
manusia sejak lahir. Akan tetapi untuk tetap menjaga karakter tersebut
tentunya harus terus menerus dibina sejak usia dini. Melalui
pendidikanlah merupakan salah satu wadah yang bisa menunjang dalam
pembentukan suatu karakter.Pendidikan karakter di SD Negeri Pasucen 01 merupakan salah satu awal dari penanaman karakter karena masih di dalam tahap perkembangan di dalam dirinya. Karena tidak bisa pungkiri bahwa pada saat ini para generasi mudah tidak mengenali dirinya sebagai bangsa yang beragam suku, kultur sosial serta budaya yang berbeda – beda. Walaupun sebenarnya semua elemen harus bertanggung jawab atas mendidik karakter para generasi penerus bangsa, keluarga tetaplah yang paling utama di dalam hal ini. Akan tetapi untuk saat ini, mungkin dari pengawasan orang tua sendiri juga mengalami kesulitan, karena banyak sekali pada saat ini para orang tua memiliki rutinitas yang padat. Maka dari itulah, pendidikan karakter juga sangat perlu diberikan di sekolah. Dimulai dari taman kanan – kanan ataupun play group.
Sedangkan pendidikan karakter sendiri yaitu sebuah pendidikan mengenai budi pekerti plus, yaitu juga terdapat beberapa aspek seperti perasaan ( feeling ), pengetahuan ( cognitive ), serta tindakan ( action ). Dan semoga tak lama lagi di setiap sekolah dasar khususnya bisa segera menerapkan pendidik karakter di masing-masing sekolah, agar ke depannya terdapat banyak generasi yang cerdas serta memiliki karakter yang sesuai dengan nilai – nilai luhur bangsa serta Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar