Hal pertama yang harus
diperhatikan oleh guru adalah jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa karena
menurut Gardner, ada delapan jenis kecerdasan yang bisa dimiliki oleh anak
yaitu: kecerdasan bahasa, matematika-logis, spasial, kinestetik, musikal,
intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Dalam hal ini, guru harus mampu
mengidentifikasi jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswanya sehingga semua
siswa dapat menonjolkan kecerdasannya masing-masing dan tidak ada lagi siswa
yang dianggap tidak berprestasi karena sebenarnya semua anak cerdas hanya saja
jenisnya bermacam-macam dan tugas guru untuk membantu siswa menemukan dan
mengembangkan kecerdasannya dengan cara masing-masing.
Setelah guru mengetahui berbagai jenis
kecerdasan yang dimiliki oleh para siswanya, guru kemudian merancang dan
merencanakan metode mengajar yang bisa mencakup semua jenis kecerdasan. Guru
bisa mengkombinasikan aktivitas mengajar yang melibatkan siswa dengan berbagai
macam jenis kecerdasan. Misalnya dalam mengajarkan matematika, selain fokus
pada siswa dengan kecerdasan matematika-logis, guru juga bisa
mengkombinasikannya dengan musik dan nyanyian/ lagu yang mengakomodir siswa
dengan kecerdasan musikal dan juga bisa mengkombinasikannya dengan gambar yang
sesuai dengan pelajaran matematikanya sehingga siswa dengan kecerdasan spasial
bisa menikmati pelajarannya.
Guru juga harus
memperhatikan dan mempelajari teori perkembangan anak lainnya seperti
perkembangan teori kognitif sosiobudaya dari Vygotsky yang menegaskan pentingnya
interaksi sosial dan budaya terhadap perkembangan kognitif.
Dengan mempelajari berbagai macam teori
perkembangan, guru akan mampu menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan
siswanya. Sebagai contoh, ketika mengajar di daerah pegunungan, pesisir,
pedesaan, perkotaan maka guru akan lebih berfokus pada materi pelajaran yang
sesuai dengan lingkungan anak-anak didiknya sehingga apa yang dijarkannya
sesuai dengan apa yang dihadapi anak sehari-hari.
Setelah paham akan teori
perkembangan anak dan teori multiple intelligences atau kecerdasan majemuk,
guru juga harus paham akan 3 jenis gaya belajar siswa. Ada 3 gaya belajar
yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual akan
belalajar dengan cara melihat, siswa dengan gaya auditorial akan belajar dengan
cara mendengar dan siswa dengan gaya belajar kinestetik akan belajar dengan
cara bergerak, bekerja dan menyentuh.
DePorter (2000) dalam bukunya, Quantum
Teaching memberikan tips bagaimana mengajar siswa dengan 3 gaya belajar yang
berbeda. Untuk siswa dengan gaya belajar visual, guru isa mendorong siswa untuk membuat banyak
symbol dan gambar dalam catatan mereka. Bagi pelajar dengan gaya auditorial,
guru bisa membantu mereka untuk berbicara dengan diri mereka sendiri untuk
memahami pelajarannya dan memperbolehkan mereka untuk berbicara dengan suara
perlahan pada diri mereka sendiri sambil bekerja bukannya memarahi mereka jika
mereka menimbulkan keributan kecil karena mengulang-ngulang pelajarannya sambil
berguman. Bagi siswa dengan gaya belajar kinestetik yang tidak bisa duduk diam
berlama-lama, guru bisa membantunya dengan tidak melarang mereka untuk belajar
sambil duduk di lantai atau menyebarkan pekerjaannya di sekeliling mereka.
Setelah mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru harus mendorong siswa
untuk menerapkan semua metode ini dalam belajar. Guru bisa mengkombinasikan
metode mengajarnya sehingga mencakup ketiga gaya belajar siswa dan tidak ada
siswa yang merasa gaya belajarnya tidak diperhatikan oleh guru. Guru juga bisa
memberitahu orangtua siswa perihal gaya belajardari masing-masing siswa
sehingga di rumah para orangtua bisa mendukung anak mereka dengan gaya
belajarnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar